Rabu, 05 Januari 2011

Nutrisi pada Pasien Autis


PENDAHULUAN
Pemakaian istilah autis pertama dikenalkan oleh Leo Kramer pada tahun 1943, berasal dari kata "auto" yang berarti berdiri sendiri. Dia melihat anak autis memiliki perilaku aneh, terlihat acuh denganlingkungan dan cenderung menyendiri seakan-akan hidup dalam dunia yang berbeda. Perilaku aneh yang tergolong gangguan
perkembangan berat ini terjadi karena kerusakan saraf di beberapa bagian otak. Ada juga yang berpendapat istilah autis berasal dari kata autos yang berarti diri sendiri dan isme yang berarti aliran. Autisme berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunia sendiri. Autis diduga akibat kerusakan saraf otak yang bisa muncul karena beberapa faktor, di antaranya : genetik dan faktor lingkungan. Survei pernah menunjukkan bahwa anak-anak autis lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi menengah ke atas dan ketika dikandung asupan gizi ibunya tidak seimbang.
EPIDEMIOLOGI
Sebagai sindrom, autisme dapat disandang oleh semua anak dari berbagai tingkat sosial dan kultur. Hasil survai dari beberapa negara menunjukkan bahwa 2 √ 4 anak per 10.000 anak berpeluang menyandang autis dengan rasio 3 : 1 untuk anak laki-laki dan perempuan; anak laki-laki lebih rentan menyandang sindrom autisme dibandingkan anak perempuan. Para ahli memprediksi bahwa anak autis pada tahun 2010 akan
mencapai 60 % dari seluruh populasi anak di seluruh dunia. Jumlah anak autis meningkat pesat di berbagai belahan dunia. Di Kanada dan Jepang pertambahannya mencapai 40 % sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002 terdapat 9 kasus autis perhari. Di Amerika Serikat autisme terjadi pada 60.000 √
15.000 anak di bawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan prevalensi autis 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan ada yang mengatakan 1 di antara 1000 anak. Di Inggris pada awal tahun 2002 dilaporkan angka kejadian autis meningkat pesat, dicurigai 1 di antara 10 anak menderita autisme. Di Indonesia yang berpenduduk 200 juta, hingga saat ini belum diketahui persis jumlah anak autis namun diperkirakan dapat mencapai 150 -√200 ribu orang. Perbandingan laki dan perempuan 2,6 √ 4 : 1, namun pasien anak perempuan akan menunjukkan gejala yang lebih berat.
DIAGNOSIS
Autisme dalam PPDGJ III dan DSM IV dimasukkan dalam Gangguan Perkembangan Anak. Autisme terbagi dua, yaitu:
Autisme klasik.Jika kerusakan saraf sudah terdapat sejak lahir; karena saat hamil, ibu terinfeksi virus seperti rubella, atau terpapar logam berat berbahaya seperti merkuri dan timbal yang berdampak
mengacaukan proses pembentukan sel-sel otak janin.
Autisme regresif.
Muncul saat anak berusia antara 12 sampai 24 bulan. Sebelumnya perkembangan anak relatif normal, namun saat usia anak menginjak 2 tahun kemampuan anak merosot. Yang tadinyasudah bisa membuat kalimat 2 sampai 3 kata berubah diam dan tidak lagi berbicara. Anak terlihat acuh dan tidak mau melakukan kontak mata. Kalangan ahli menganggap autisme regresif muncul karena anak terkontaminasi langsung faktor pemicu. Yang paling disorot adalah paparan logam berat terutama merkuri dan timbal dari lingkungan.
Prinsipnya gejala autis merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang mencakup bidang sosial dan afek, komunikasi verbal (bahasa) dan non √ verbal, imajinasi, fleksibilitas, lingkup interes (minat), kognisi dan atensi. Suatu kelainan dengan ciri perkembangan terlambat atau hubungan sosial dan bahasa yang abnormal. Gejala penting lainnya adalah tidak suka perubahan, perilaku motorik yang ≈anehΔ, kedekatan yang tidak biasa dengan benda tertentu dan reaksi emosional yang mendadak. Kelainan ini terlihat sejak sebelum usia tiga tahun.


ETIOLOGI & PATOFISIOLOGI
1. Faktor genetika diperkirakan menjadi penyebab utama dari kelainan autisme, walaupun bukti konkrit masih sulit ditemukan.Memang ditengarai adanya kelainan kromosom pada anak autisme, namun kelainan itu tidak selalu berada pada kromosom yang sama. Penelitian masih terus dilakukan sampai saat ini.
2. Kelainan anatomis otak khususnya di lobus parietalis, serebelum serta pada sistem limbiknya. Sekitar 43 % penyandang autisme mempunyai kelainan di lobus parietalis otaknya, yang menyebabkan anak tampak acuh terhadap lingkungannya. Kelainan juga ditemukan pada otak kecil (serebelum), terutama pada lobus ke VI dan VII. Otak kecil bertanggung jawab atas proses sensoris, daya ingat, berfikir, belajar berbahasa dan proses atensi (perhatian). Jumlah sel Purkinye di otak kecil juga didapatkan sangat sedikit, sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan dopamin, menyebabkan gangguan atau kekacauan lalulintas impuls di otak. Ditemukan pula kelainan khas di daerah sistem limbik yang disebut hipokampus dan amigdala.
Akibatnya terjadi gangguan fungsi kontrol terhadap agresi dan emosi. Anak kurang dapat mengendalikan emosinya, sering terlalu agresif atau sangat pasif. Amigdala juga bertanggung jawab terhadap berbagai rangsang sensoris seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, rasa dan rasa takut. Hipokampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat. Terjadi kesulitan penyimpanan informasi baru. Perilaku diulang-ulang yang aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan hipokampus.
3. Disfungsi metabolik, terutama hubungannya dengan kemampuan memecah komponen asam amino phenolik.
4. Infeksi kandidiasis
5. Teori kelebihan opioid dan hubungan antara diet protein kaseindan gluten.
Selain itu ada juga teori yang masih kontroversial mengenai vaksinasi MMR yang diberikan pada usia 15 bulan, juga teori penggunaan antibiotik, stres, merkuri dan berbagai toksin yang ada di lingkungan. Tetapi semua mungkin hanya merupakan pemicu saja, yang bisa terjadi pada anak yang sudah mempunyai riwayat genetik. Diantara berbagai teori tersebut, teori yang berhubungan dengan diet sampai sekarang masih ramai dibicarakan.
a) Teori disfungsi metabolik, akibat kemampuan merusak komponen amino phenolik Amino phenolik banyak ditemukan di berbagai makanan, dan dilaporkan bahwa komponen utamanya dapat menyebabkan
terjadinya gangguan tingkah laku pada pasien autis. Makanan yang mengandung amino phenolik itu adalah : terigu (gandum), jagung, gula, coklat, pisang, apel. Sebuah publikasi dari Lembaga Psikiatri Biologi menemukan bahwa anak autis mempunyai kapasitas rendah untuk menggunakan berbagai komponen
sulfat sehingga anak-anak tersebut tidak mampu memetabolisme komponen amino phenolik. Komponen amino phenolik merupakan bahan baku pembentukan neurotransmiter; jika komponen tersebut tidak dimetabolisme baik akan terjadi akumulasi katekolamin yang toksik bagi saraf.
b) Teori infeksi kandida
Ditemukan beberapa strain Candida di saluran pencernaan dalam jumlah sangat banyak saat menggunakan antibiotik yang nantinya akan menyebabkan terganggunya flora normal anak. Laporan menyebutkan bahwa infeksi Candida albicans berat bisa dijumpai pada anak yang banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung yeast dan karbohidrat, karena pada makanan tersebut Candida dapat tumbuh subur. Makanan jenis ini dilaporkan menyebabkan anak menjadi autis. Penelitian sebelumnya menemukan adanya hubungan antara beratnya infeksi Candida albicans dengan gejala-gejala menyerupai autis, seperti gangguan berbahasa, gangguan tingkah laku dan penurunan kontak mata. (Adams and Conn, 1997). Tetapi Dr Bernard Rimland, seorang peneliti terkemuka di bidang autis, mengatakan bahwa sampai sekarang hubungan antara keduanya kemungkinannya masih sangat kecil.
c) Teori kelebihan opiod dan hubungan gluten dan protein kasein Teori ini mengatakan bahwa pencernaan anak autis terhadap kasein dan gluten tidak sempurna. Kedua protein ini hanya terpecah sampai polipeptida. Polipeptida dari kedua protein tersebut terserap ke dalam aliran darah dan menimbulkan «efek morfin»
di otak anak. Di membran saluran cerna kebanyakan pasien autis ditemukan pori-pori yang tidak lazim, yang diikuti dengan masuknya peptida ke dalam darah. Hasil metabolisme gluten adalah protein gliadin. Gliadin akan berikatan dengan reseptor opioid C dan D. Reseptor tersebut berhubungan dengan mood dan tingkah laku. Diet sangat ketat bebas gluten dan kasein menurunkan kadar peptida opioid serta dapat mempengaruhi gejala autis pada beberapa anak. Dengan demikian implementasi diet merupakan terobosan yang baik untuk
memperoleh kesembuhan pasien. Protein gluten terdapat pada terigu, sereal, gandum yang biasa dipakai dalam pembuatan bir serta gandum hitam sedangkan protein kasein ditemukan mempunyai aktivitas opiod saat protein tidak dapat dipecah. Dari penelitian Whiteley, Rodgers, Savery dan Shattock (1999), 22anak autis mendapat diet bebas gluten selama 5 bulan dibandingkan dengan 5 anak autis yang tetap diberi diet mengandung gluten dan 6 pasien autis yang digunakan sebagai kelompok kontrol. Setelah 3 bulan, pada diet bebas gluten terjadi perbaikan verbal dan komunikasi non verbal, pendekatan afektif, motorik, dan kemampuan anak untuk perhatian serta tidur jadi lebih baik. Sedangkan pada kelompok makanan yang masih mengandung gluten justru semuanya memburuk. Meskipun penelitian ini masih menggunakan jumlah pasien yang sangat kecil, tapi cukup bisa diterima sampai sekarang. Pentingnya penanganan diet pada pasien autis tak kalah pentingnya dari farmakoterapi dan fisioterapi, untuk itulah masalah alergi makanan pada anak dengan gangguan spektrum autisme harus dilakukan secara holistik. Beberapa disiplin ilmu kesehatan anak yang berkaitan harus turut dilibatkan, seperti bidang Neurologi anak, Psikiatri anak, Tumbuh Kembang anak, Endokrinologi anak, Alergi anak, Gastroenterologi anak dan lainnya. Dapat dicoba penatalaksanaan alergi makanan dengan ≈eliminasi terbukaΔ. Eliminasi makanan tersebut dievaluasi setelah 3 minggu dengan memakai catatan harian. Bila terdapat perbaikan gejala dan perilaku maka dapat dipastikan bahwa gangguan tersebut dapat diperberat atau dicetuskan oleh alergi makanan. Selanjutnya dilakukan eliminasi provokasi untuk mencari penyebab alergi makanan tersebut satu persatu. Masih banyak perbedaan dan kontroversi dalam penanganan alergi makanan sesuai dengan pengalaman klinis tiap ahli atau peneliti, sehingga banyak tercipta pola dan variasi pendekatan diet yang dilakukan oleh para ahli dalam menangani alergi makanan pasien autisme. Banyak kasus pengendalian alergi makanan tidak berhasil optimal, karena hanya berdasarkan
pemeriksaan yang bukan merupakan baku emas. Penanganan pasien autis yang disertai alergi makanan haruslah dilakukan secara benar, paripurna dan berkesinambungan. Paling ideal adalah menghindari penyebab yang bisa menimbulkan alergi tersebut. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan alergi makanan. Perlunya obat anti alergi, anti jamur dan anti bakteri jangka panjang berarti gagal mengendalikan penyebab alergi makanan.
PENATALAKSANAAN DIET PASIEN AUTIS
Beradasarkan teori bahwa alergi makanan dapat menjadi penyebab autisme serta pentingnya vitamin atau mineral untuk memperbaiki gejala autis, diperlukan edukasi kepada orang tua pasien. Diet saat ini adalah bebas gluten dan kasein (GFCF- Gluten Free- Casein Free). Gluten adalah sejenis kasein yang banyak ditemukan pada biji berbagai sereal seperti terigu atau gandum, gandum yang biasa dipakai dalam pembuatan bir serta gandum hitam. Kasein merupakan protein penting susu. Diet yang paling ideal adalah pemberian sejenis gandum oat yang sampai saat ini masih dipakai sebagai standar. Penting diperhatikan bahwa oat yang ditanam sering terkontaminasi dengan biji padi yang mengandung gluten, jadi sulit sekali mendapatkan oat yang murni. Dikatakan hanya kurang lebih 5% oat murni yang saat ini bisa digunakan atau dikonsumsi. Sudah banyak dijual tepung GFCF, yang dapat langsung digunakan sebagai bahan baku makanan atau dibuat biskuit
atau sediaan yang lain. Selain itu berbagai produk bebas gluten dan kasein telah banyak dijual baik berupa produk yang sudah jadi, antara lain berupa roti atau tepung yang beraneka ragam jenisnya. Yang juga penting adalah tidak mengandung zat tambahan seperti pewarna, pemanis atau pengawet dalam setiap makanan
.
VITAMIN & SUPLEMEN
Selain diet Bebas Gluten dan Bebas Kasein (GFCF), juga perlu diberi terapi suplemen yaitu:
a) Vitamin B6 dan Magnesium.
Hasil analisis Cochrane, yang berhasil mengumpulkan penelitian kecil sebelum tahun 2002 yang menilai peranan vitamin B6 dan Magnesium sebagai terapi autisme, menyatakan bahwa masih dibutuhkan pembuktian lagi untuk penggunaannya karena kebanyakan penelitian jumlah pasiennya kecil dan bermasalah dalam kualitas dan metodologi penelitian. Namun demikian dari hasil kebanyakan penelitian sejak tahun 1965, dosis vitamin B6 yang disarankan adalah dosis besar 0,2 - 1 gram perhari, dan yang banyak digunakan adalah 500 mg/hari
b) N-Dimethylglycine
Meski tidak berbeda bermakna, penelitian berskala kecil yang pernah dipublikasikan hasilnya secara kuantitatif efektif.
c) Asam Folat
Penting sebagai zat esensial untuk memperbaiki proses metabolisme, dengan dosis 0,5 √ 0,7 mg/kgbb./hari)
d) Kalsium
Kalsium dan Magnesium sangat rendah kadarnya dalam tubuh pasien autis.
e) Vitamin B3
f) Vitamin C
Dapat dipakai sebagai antioksidan, memperbaiki jalur biosintesis kofaktor dan enzim yang penting untuk sistem neurotransmiter. Makin tinggi dosis, makin bermanfaat mengurangi gejala autis. Hasil studi awal menunjukkan bahwa dosis yang memberikan manfaat adalah : 8 gram/70 kgbb./ hari.
g) Zinc/Seng
Penting untuk pemeliharaan fungsi otak, sistem gastrointestinal dan sistem imun pasien autis. Dosis : 2 mg/kgBB/hari, maksimum 50 mg/hari
h) Asam Lemak Esensial
DHA, Omega 3 dan Omega 6 juga telah dibuktikan dapat memperbaiki gejala pasien autis.
i) Vitamin A
Digunakan untuk perbaikan jaringan baik di usus, otak dan berbagai jaringan yang lain.
j) Selenium
Dosis yang dianjurkan adalah 1 √ 4 mcg/kg/hari, terutama dalam bentuk L-selenomethionine.
k) Melatonin juga bisa diberikan sebelum tidur, dengan dosis 0,1 mg/kgbb. jika sulit tidur.
HORMON SECRETIN
Secretin adalah sejenis hormon peptida yang dihasilkan oleh kelenjar ≈SΔ di duodenum. Gluten ternyata dapat menurunkan kadar hormon Secretin, sehingga penting menambah kadar hormon tersebut. Saat ini sedang dikembangkan preparat secretin dosis tunggal untuk memperbaiki problem gastrointestinal pada pasien autis. Saat ini secretin sudah disetujui FDA untuk tujuan menstimulasi pankreas termasuk bikarbonat pada disfungsi kelenjar pankreas, contohnya pada pankreatitis kronik; selain itu juga untuk memfasilitasi
dan kanulasi papilla serta membuka saluran pankreas untuk mengeluarkan hasil produksinya ke dalam duodenum melalui prosedur tertentu. Juga dapat dipakai untuk menstimulasi gastrin pada sindrom Zollinger-Ellison dan membantu mendiagnosis gastrinoma. Sejak 2001, obat ini sudah digunakan pada 200 pasien autis
dengan hasil awal perbaikan gejala autis, kontak mata, berbahasa, serta kemampuan motoriknya. Beberapa studi klinik terakhir tidak menunjukkan perbaikan bermakna. Hasil yang menunjukkan efikasi adalah uji klinik evaluasi pemakaian Secretin intravena pada 12 anak autis (8 laki-laki,4 perempuan) berusia antara 4 √ 6 tahun. Selain perbaikan gejala dilihat juga perubahan pada cairan LCS untuk kadar asam homovanillat (HVA), asam 5-hydro-xyindole- 3-asetat (5-HIAA), serta kadar 6R-5,6,7,8-tetrahydro-L- biopterin
(BH(4)) setelah pemberian Secretin. Skor ADI √ R (Autism Diagnostic Interview-Revised) membaik pada 7 dari 12 anak, memburuk pada 2 dari 12 pasien. Kadar HVA dan BH(4) cairan serebrospinal meningkat pada semua anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Secretin mengaktivasi proses metabolisme dopamin susunan saraf pusat melalui kadar BH(4), sehingga mempengaruhi berbagai gejala. Penelitian Secretin terhadap autisme sebenarnya sudah banyak dipublikasi tetapi hasilnya kurang baik, atau masih belum menunjukkan bukti efikasi. Untuk itu sedang dilakukan penelitian lebih lanjut:
SIMPULAN 
Penanganan pasien autis yang secara teori berhubungan dengan alergi makanan harus dilakukan secara benar, paripurna dan berkesinambungan. Pemberian obat terus menerus bukan jalan terbaik; paling ideal adalah menghindari pencetus alergi tersebut.
Sesuai dengan teori yang diakui sampai sekarang ; prinsip diet pasien autisme adalah diet bebas/rendah gluten dan rendah kasein.
Gluten adalah sejenis kasein yang banyak ditemukan pada biji berbagai tumbuhan sereal seperti terigu atau gandum, gandum yang biasa dipakai dalam pembuatan bir serta gandum hitam. Kasein merupakan protein penting pada susu.
Pemberian suplemen juga penting, karena pada pasien autis dianggap telah terjadi kegagalan metabolisme yang diperbaiki dengan penambahan suplemen dan vitamin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Autism Spectrum Disorders (Pervasive Developmental Disorders), http://www.nimh.nih.gov/ health/publications/autism/complete-publication.shtml#pub4
2. Teknik Bermain Kreatif Verbal & Non Verbal pada Anak Autisme.http://www.inna-ppni.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=129
3. The gastrointestinal stimulus to insulin release. II. A dual action of secretin. J. Clin. Invest. 49 (3): 524-9.
4. July 23th, 2004 ChiRhoClin, Inc. Announces the launch of Human Secretin for injection. http://www.chirhoclin.com/NewsArchive.htm
5. Nutritional Therapies and Autism, http://www.healing-arts.org/children/autism-overview. htm#Gluten
6. Administration of secretin for autism alters dopamine metabolism in the central nervous system, Brain Dev. 2006 Mar;28(2):99-103
7. http://www.chirhoclin.com/Publications.htm
8. http://www.autismwebsite.com/aRI/treatment/b6studies.htm, Studies of High Dosage Vitamin B6 (and often with Magnesium) in Autistic Children and Adults.
9. Combined vitamin B6-magnesium treatment in autism spectrum disorder, Cochrane Database Syst Rev. 2005 Oct 19;(4):CD003497
10. Effectiveness of N,N-Dimethylglycine in Autism and Pervasive Developmental Disorder, J. Child Neurol. 2001;16(3):169-173.
11. Autism, an extreme challenge to integrative medicine. Part 2: medical management, Altern Med Rev. 2002 Dec;7(6):472-99, http://www.thorne.com/altmedrev/.fulltext/7/6/472.pdf
12. http://adamsautism.org/Advice/VitaminsMineralsFinal.doc, Vitamin, mineral supplements benefit people with autism.
13. A preliminary trial of ascorbic acid as supplemental therapy for autism, Prog Neuropsycho pharmacol Biol Psychiatry. 1993 Sep;17(5):765-74


Penulis : Intan Diana Sari
Medical Department, PT Kalbe Farma Tbk., Jakarta, Indonesia
CDK 168/vol.36 no.2/Maret - April 2009 89

Tidak ada komentar:

Posting Komentar