Kamis, 26 Juli 2012

DIET DAN HORMON KORTISOL



Salah satu pertimbangan dalam memeberi diet yang tepat kita harus mengetahui  pengaruh zat gizi terhadap produksi hormone dan pengaruh pengeluaran hormone tertentu dengan metabolisme zat gizi.  Hormon  berasal dari bahasa Yunani artinya "yang menggerakkan"  adalah pembawa pesan kimiawi antar sel atau antarkelompok sel. Atau secara umum Hormon adalah zat kimiawi yang dihasilkan tubuh secara alami. Begitu dikeluakan, hormon akan dialirkan oleh darah menuju berbagai jaringan sel dan menimbulkan efek  tertentu sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Sekarang kita akan membahas hormone Kortisol . Hormon kortisol adalah hormone yang sangat terkenal  dan hormone ini akan keluar jika kita mengalami stress.   Ketika kita stres, maka otomatis  korteks adrenal akan mengeluarkan suatu hormon stres primer yang bernama Kortisol yang juga dikenal sebagai hormon katabolik (pembongkar), dengan keluarnya hormon kortisol ini  mengakibatkan perubahan  proses metabolisme tubuh,  gula darah kita menjadi naik, terjadinya resistensi hormon insulin, bahkan Dr.  Michael Corgan dalam bukunya Hormonal Health menyatakan ”kortisol akan mencincang otot anda lebih cepat dari seorang koki sushi” kabar buruk dari keadaan tersebut adalah tubuh menjadi lemah sistem kekebalan tubuh akan terganggu membuat kita mudah terserang berbagai penyakit. Selain itu kortisol juga menjadi ancaman serius bagi tulang karena hormon kortisol yang berlebihan dapat mempercepat laju penyusutan tulang kita. Jadi meski kita sering minum susu dengan kalsium tinggi dengan tujuan untuk tulang yang sehat tetapi jika kortisol tidak dikendalikan agaknya usaha tersebut menjadi usaha ”mubazir” bahkan salah-salah menjadi sumber radikal bebas karena kalsium tinggi merupakan salah satu zat yang dapat meningkatkan termogenesis (menimbulkan panas tubuh) yang efek sampingnya juga meningkatkan produksi radikal bebas.


PENGARUH HORMON KORTISOL TERHADAP METABOLISME
Pengaruh keluarnya hormone Kortisol terhadap metabolisme tubuh antara lain
  • GULA DARAH SUSAH TURUNNYA; Pada prinsipnya, kortisol akan memantik lintasan anabolisme pada hati dan lintasan katabolisme pada jaringan otot dan adiposa guna meningkatkan rasio serum gula darah. Oleh karena itu, seperti hormon pertumbuhan, adrenalin dan glukagon, kortisol dikatakan memiliki sifat diabetogenik, khususnya karena hormon ini meningkatkan produksi glukosa oleh hati melalui metabolisme glukoneogenesis setelah menstimulasi pelepasan asam amino dari jaringan otot yang diperlukan bagi lintasan metabolisme tersebut, namun menghambat kinerja hormon insulin pada transporter GLUT4 yang disekresi sebagai respon meningkatnya rasio serum gula darah.Apabila kita punya pasien Diabetes udah dikasih diet gak turun-turun salah satu yang perlu dipertimbangkan apakah pasien ini sedang mengalami stress sehingga hormone kortisol mengacaukan program diet kita. Langkah kita adalah selain diet yang tepat juga harus memanage stress dengan cepat dan tepat Insya Allah gula darah akan dapat aman dan terkendali.
  • MUDAH CEDERA;  Pada rongga tubuh dan peritoneum, kortisol menghambat proliferasi fibroblas dan sintesis senyawa interstitial seperti kolagen. Kelebihan glukokortikoid termasuk kortisol dapat mengakibatkan penipisan lapisan kulit dan jaringan penghantar yang menopang pembuluh darah kapiler. Hal ini dapat membuat tubuh menjadi lebih rentan dan mudah cedera.
  • OSTEOPOROSIS; Pada jaringan tulang, kortisol meredam fungsi osteoblas hingga menurun pembentukan tulang yang baru. Oleh karena sifat umum glukokortikoid yang menurunkan penyerapan senyawa kalsium pada saluran pencernaan dan menurunkan reabsorsi kalsium pada renal ke dalam sistem kardiovaskular dengan sifat diuretik, secara keseluruhan kelebihan kortisol akan mengakibatkan osteoporosis.
  • MENURUNKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH; Kortisol juga menghambat produksi tromboksana dan prostaglandin saat terjadi radang dengan menghambat enzim sikloksigenase serta menghambat sekresi sitokina IL-1β hingga mengurangi jumlah kemotaksis leukosit yang dapat terjadi pada area infeksi, termasuk menurunkan tingkat proliferasi mastosit, neutrofil, eosinofil, sel T, sel B dan fibroblas. Secara umum sistem kekebalan humoral dan sistem kekebalan selular akan menurun.
  • GEMUK DAN PERUT BUNCIT; Ketika stres, tubuh Anda melepaskan hormon kortisol, yang akan memberikan dorongan energi secara cepat untuk memberi respons berupa melawan atau malah menghindar. Namun jika Anda selalu didera stres dalam jangka waktu yang lama, kortisol akan terus-menerus dilepaskan, dan ini akan menyebabkan berat badan mudah naik. Menurut studi yang dimuat pada jurnal Obesity, hormon kortisol dapat membuat lemak cenderung disimpan di daerah perut. Selain itu, Anda juga jadi lebih sering ngemil. Keduanya bisa menurunkan laju metabolisme dan juga meningkatkan kadar gula darah.
  • MENYEBABKAN INFERTILITAS DAN BERBAHAYA BAGI IBU HAMIL; Studi yang dilakukan oleh Emory University menemukan bahwa wanita dengan level kortisol yang tinggi bisa mengalami masalah dalam ovulasi, sehingga kemampuannya untuk hamil jadi terganggu. Selain itu, stres berlebihan juga bisa berpengaruh buruk pada wanita yang sedang mengandung.


CARA MEREDAM PRODUKSI HORMON KORTISOL
 Ada beberapa cara agar kita dapat meredam produksi hormone kortisol  sehingga Diet yang kita berikan dapat mencapai  tujuan secara cepat dan tepat  karena kalau kita lihat dampak buruk dari tingginya kadar kortisol maka sebaik apapun  diet yang kita berikan akan susah mencapai tujuan:
  • GIZI YANG ADEKUAT;   cukup kualitas dan kuantitas dengan selalu berpedoman Gizi Seimbang dan tentunya selalu menjaga kecukupan cairan tubuh.
  • TIDUR YANG BERKUALITAS ;  alias yang cukup kuantitas dan kualitasnya. Tidur dengan nyenyak akan menekan produksi hormon kortisol sampai 50 persen.
  • SHOLAT TAHAJUD;  Ada sebuah penelitan yang dilakukan oleh Prof.Dr.Muhammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya beserta kawan-kawan dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga tentang Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imunologik. Atas disertasinya itu, Dr.Muhammad Sholeh mendapatkan gelar doktor dalam bidang ilmu kedokteran pada program pasca sarjana Universitas Airlangga Surabaya. Penelitiannya tersebut melibatkan 41 responden siswa baru SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah, Surabaya tahun ajaran 1999/2000. Dari 41 siswa, hanya 23 yang sanggup menjalankan sholat tahajjud selama 1 bulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19 siswa yang bertahan sholat tahajjud selama 2 bulan. Sholat tahajjud dimulai pukul 2.00 – 3.00 WIB sebanyak 11 roka’at, dengan dua roka’at sebanyak 4 kali dan ditutup sholat witir sebanyak 3 roka’at. Dan selanjutnya, hormon kortisol  dari 19 siswa tersebut diperiksa di 3 laboratorium di Surabaya (Pramitha, Prodia, dan Klinika). Dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa terjadi penurunan kadar hormon kortisol siswa yang signifikan dibandingkan sebelum mereka melaksanakan sholat tahajjud selama 1-2 bulan tersebut. Hormon kortisol yang rendah menandakan rendahnya tingkat stress seseorang. Sebaliknya kadarnya yang tinggi menandakan tingginya stress seseorang. Jelas dapat disimpulkan dari penelitian tersebut bahwa bahwa tingkat stress siswa-siswa yang rutin sholat tahajjud rendah. Dapat dikatakan hal ini menandakan siswa-siswa tersebut menjadi lebih tenang dan stabil.  Hormon kortisol juga terkait dengan sistem imun tubuh (daya tahan tubuh). Hormon kortisol siswa yang rendah menandakan mereka memiliki ketahanan tubuh yang kuat, tidak mudah terserang penyakit. (Pramono, www.giziwebster.co.cc: diolah dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar