A. Pendahuluan
Diabetes
Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada
produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini tidak
hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara.
Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup
termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita DM ini semakin
meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial
ekonomi.
Data
penderita Diabetes Melitus di Amerika Serikat yang dirilis pada 26 Januari 2011
Jumlah penderitanya tercatat 25,8 juta yang terdiri dari
anak-anak dan orang dewasa. Hal tersebut berarti 8,3% dari
populasi-memiliki diabetes.Berbeda dengan data pada tahun 2007 , yang
menggunakan data glukosa puasa untuk memperkirakan diabetes dan pradiabetes,
pada tahun 2011 menggunakan glukosa puasa dan tingkat A1C. Pada tahun 2003 berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia
diperkirakan diabetisi di daerah urban sebesar 14,7%dan daerah rural sebesar
7,2%. Data dariOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi kenaikan pasien
diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2010 menjadi 21,3 juta orang dari
sebelumnya 8,4 juta pada tahun 2000. Separuh dari jumlah tersebut tidak
menyadari penyakitnya dan baru terdiagnosis ketika sudah ada komplikasi. Data
RISKESDAS 2007, kasus diabetes
melitus di Kalimantan Selatan adalah 1,1 persen.
Biaya perawatan bagi pasien diabetes di USA pada
tahun 2007 menghabiskan dana $ 174.000.000.000. Setelah disesuaikan
untuk usia penduduk dan perbedaan jenis kelamin, pengeluaran biaya perawatan
medis rata-rata di antara orang dengan diabetes adalah 2,3 kali lebih tinggi dari pengeluaran apa yang akan di tidak adanya
diabetes.
Seseorang dikatakan Diabetes sesuai
kriteria Berdasarkan Standards of Medical Care in Diabetes 2010 sbb:- A1C >
6,5 % - Gula Darah Puasa FPG > 126 mg/dL (7 mmol/L), puasa didefinisikan
tidak adanya ambilan kalori sedikitnya selama 8 jam - 2 jam glukosa plasma > 200 mg/dL (11,1 mmol/L) selama OGTT dengan asupan glukosa sebanding
dengan 75 glukosa anhydrous yang dilarutkan - Pasien dengan keluhan klasik
hiperglikemia atau krisis hiperglikemia dengan glukosa darah sewaktu > 200
mg/dL (11,1 mmol/L).
Kepatuhan pada pasien terhadap prinsip gizi
dan perencanaan makan merupakan salah satu kendala pada pelayanan diebetes,
terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes.
Berdasarkan rekomendasiThe American Diabetes Association (ADA) 2003 Terapi gizi medis memerlukan pendekatan tim yang terdiri dari
dokter, dietisien, perawat dan petugas kesehatan lain serta pasien itu sendiri
untuk meningkatkan kemampuan setiap pasien dalam mencapai kontrol metabolik
yang baik.
Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di
Indonesia yang telah disusun oleh PERKENI terakhir tahun 2006 yang mengadop dari ADA ( American Dietetic Assosiation) antara lain
memberikan pedoman tentang perhitungan kebutuhan gizi orang dengan diabetes dan
anjuran penggunaan Daftar Bahan Makanan Penukar dalam penyuluhan perencanaan
makan orang dengan diabetes. Pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus
meliputi 1) Edukasi, 2) Terapi Gizi Medis, 3) Latihan jasmani, 4) Intervensi
farmakologi. Terapi Gizi Medis merupakan bagian dari penatalaksanaandiabetes
secara total. Salah satu keberhasilan terapi gizi medis, adalah adanya
keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim ( dokter , ahli gizi, petugas
kesehatan lain dan pasien itu sendiri).
Oleh karena itu berikut ini akan dipaparkan
mengenai penatalaksanaan diet bagi penderita diabetes mellitus sebagai bagian dari
penerapan Terapi Gizi Medis .
B. Terapi Gizi Penderita Diabetes Melitus
(Diabetesi)
Sesuai dengan tujuan umum terapi gizi
adalah membantu diabetetisi memperbaiki kebiasaan hidup dan olah raga untuk
mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik.
Tujuan
khusus yang ingin dicapai adalah :
1. Mempertahankan kadar Glukosa darah mendekati normal dengan keseimbangan
asupan makanan dengan insulin (endogen atau eksogen) atau
obat hipoglikemik oral dan tingkat aktifitas.
2. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
3. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan
yang memadai orang dewasa, mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal
pada anak dan remaja, untuk meningkatkan kebutuhan metabolik selama kehamilan
dan laktasi penyembuhan dari penyakit katabolik. Berat badan memadai diartikan
sebagai berat badan yang dianggap dapat dicapai dan dipertahankan baik jangka
pendek maupun jangka panjang oleh orang dengan diabetes itu sendiri maupun oleh
petugas kesehatan.
4. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit-penyakit jangka pendek,
masalah yang berhubungan dengan kelainan jasmani dan komplikasi kronik diabetes
seperti : penyakit ginjal, neuropati automik, hipertensi dan penyakit jantung.
5. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.
C. PENGATURAN DIET BAGI PENDERITA DIABETES
(DIABETESI)
Prinsip pengaturan makan pada diabetisi
hampir sama dengan anjuran makan untuk orang sehat masyarakat umum, yaitu
makanan yang beragam bergizi dab berimbang atau lebih dikenal dengan gizi
seimbang maksudnya adalah sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
masing-masing individu. Hal yang sangat penting ditekankan adalah pola makan
yang disiplin dalam hal Jadwal makan, Jenis dan Jumlah makanan atau terkenal
dengan istilah 3 J.
Pengaturan porsi makanan sedemikian rupa
sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan
atau sedang (5-10kg) sudah terbukti dapat meningkatkan kontrol diabetes,
walaupun berat badan idaman tidak dicapai. Penurunan berat badan dapat
diusahakan dicapai dengan baik dengan penurunan asupan energi yang moderat dan
peningkatan pengeluaran energi. Dianjurkan pembatasan kalori sedang yaitu
250-500 kkal lebih rendah dari asupan rata-rata sehari.
Komposisi makanan yang dianjurkan meliputi:
Karbohidrat
Rekomendari ADA tahun 1994 lebih
memfokuskan pada jumlah total karbohidrat daripada jenisnya. Rekomendasi untuk
sukrosa lebih liberal. Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik
yang lebih rendah dari pada sebagian besar tepung-tepungan. Walaupun berbagai
tepung-tepungan mempunyai respon glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya
lebih pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi daripada sumber
karbohidrat.
Anjuran konsumsi karbohidrat untuk diabetesi di Indonesia:
1. 45-65% total asupan energi.
2. Pembatasan karbohidrat tidak dianjurkan
< 130 g/hari.
3. Makanan harus mengandung lebih banyak
karbohidrat terutama berserat tinggi.
4. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% sehari (
3-4 sdm)
5. Makan 3 kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam
sehari.
Penggunaan
pemanis alternatif pada diabetesi, aman digunakan asal tidak melebihi batas
aman (Accepted Dialy Intake).
1. Fruktosa < 50 gr/hr, jika berlebih menyebabkan diare
2. Sorbitol < 30 gr, jika berlebih menyebabkan kembung, diare
3. Manitol < 20 gr/hr
4. Aspartam 0 mg/ kg BB?hr
5. Sakarin 1 gr/hr
6. Acesulfame K 15 mg/kg BB/hr
7. Siklamat 11 mg/kg BB/hr
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari
perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu dengan
diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dari makanan harus diperhitungkan
sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak hanya dengan
menambahkannya pada perencanaan makan. Dalam melakukan subtitusi ini kandungan
zat gizi dari makanan-makanan manis yang pekat dan kandugan zat gizi lain dari
makanan yang mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, seperti lemak yang sering ada bersama
sukrosadalammakanan.
Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil daripada sukrosa dan kebanyakan
karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat memberikan
keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun pengaruhnyadalam
jumlah besar (20% energi) potensial merugikan pada kolesterol dan LDL. Penderita
disiplemia hendaknya menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar,
namun tidak ada alasan untuk menghindari makanan sepertibuah-buahan dan sayuran
yang mengandung fruktosa alami maupun konsumsi sejumlah sedang
makananyangmengandungpemanisfruktosa.
Sorbitol, manitol dan xylitol adalah gula
alkohol biasa mengadung 7 kalori /gram menghasilkan respon glikemik lebih
rendah daripada sukrosa dan karbohidrat lain. Penggunaan pemanis tersebut
secaraberlebihan dapat mempunyai pengaruh laksatif. Sakarin, aspartame adalah pemanis tak bergizi yang dapat diterima sebagai
pemanis pada semua penderitaDM.
Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gr/1000 kalori/ hari dengan mengutamakan serat larut air.
Protein
Menurut konsensus pengelolaan diabetes di
Indonesia tahun 2006 kebutuhan protein untuk diabetisi 15%-20% energi. Perlu
penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg berat badan perhari atau 10% dari
kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya
bernilai biologic tinggi.
Sumber protein yang baik adalah ikan,
seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak,
kacang-kacangan dan tahu-tempe.
Total lemak
Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah
20-25% energi. lemak jenuh < 7% kebutuhan energi dan lemak tidak jenuh ganda
<10% kebutuhan energi, sedangkan selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Asupan kolesterol makanan hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.
Apabila peningkatan LDL merupakan masalah
utama, dapat diikuti anjuran diet disiplin diet dislipidemia. Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol adalah untuk
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.
Garam
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mgr atau sama dengan 6-7 g (1 sdt) garam dapur, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mgr natrium perhari atau sama dengan 6 gr/hari garam dapur. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin dan soda.
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mgr atau sama dengan 6-7 g (1 sdt) garam dapur, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mgr natrium perhari atau sama dengan 6 gr/hari garam dapur. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin dan soda.
Alkohol
Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama dengan masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak terpengaruh oleh penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila diabetes terkendali dengan baik. Alkohol dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada mereka yang menggunakan insulin atau sulfonylurea. Karena itu sebaiknya hanya diminum pada saat makan. Bagi orang dengan diabetes yang mempunyai masalah kesehatan lain seperti pancreatitis, dislipidemia, atau neuropati mungkin perlu anjuran untuk mengurangi atau menghindari alkohol. Asupan kalori dari alkohol diperhitungkan sebagai bagian dari asupan kalori total dan sebagai penukar lemak (1 minuman alcohol sama dengan 2 penukar lemak).
Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama dengan masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak terpengaruh oleh penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila diabetes terkendali dengan baik. Alkohol dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada mereka yang menggunakan insulin atau sulfonylurea. Karena itu sebaiknya hanya diminum pada saat makan. Bagi orang dengan diabetes yang mempunyai masalah kesehatan lain seperti pancreatitis, dislipidemia, atau neuropati mungkin perlu anjuran untuk mengurangi atau menghindari alkohol. Asupan kalori dari alkohol diperhitungkan sebagai bagian dari asupan kalori total dan sebagai penukar lemak (1 minuman alcohol sama dengan 2 penukar lemak).
Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan ideal. Komposisi energy adalah 45-65% dari
karbohidrat, 10-20% dari protein dan 20-25% dari lemak. Ada beberapa cara untuk
menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang dengan diabetes. Di antaranya
adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30
kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa faktor
yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas, kehamilan/laktasi, adanya komplikasi dan
berat badan.
Perhitungan
berat badan ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi:
· BBI = 90% x (TB dalam cm-100) x 1 kg
· Bagi pria dengan TB di bawah 160 cm dan
wanita di bawah 150 cm , rumus modifikasi menjadi: BBI = (TB dalam cm – 100) x 1 kg
· BB Normal : bila BB ideal ± 10%
· Kurus :
· Gemuk : > BBI + 10%
Faktor-faktor penentu kebutuhan energy
yaitu:
· Jenis kelamin
Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kkal/kg
BB ideal dan pria 30 kkal/kg BB ideal
· Umur
Pasien usia > 40 tahun , kebutuhan
kalori :
- 40-59
tahun dikurangi 5% dari energi basal
- 60-69
tahun dikurangi 10 % dari energi basal
- > 70
tahun dikurangi 20% dari energi basal
- Pada bayi
dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi daripada orang dewasa,
dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kal/kg BB.
- Umur 1
tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak lebih
daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya.
· Aktifitas fisik atau pekerjaan
Kebutuhan kalori ditambah sesuai dengan
intensitas aktifitas fisik
Penambahan kalori dari aktifitas fisik:
- Keadaan istirahat : ditambah 10% dari kebutuhan basal
- Keadaan aktifitas ringan: ditambahkan 20% dari kebutuhan basal
- Keadaan aktifitas sedang: ditambahkan 30%
dari kebutuhan basal
- Keadaan aktifitas berat dan sangat berat:
ditambahkan 40 & 50% dari kebutuhan basal
Jenis aktifitas dikelompokkan sebagai
berikut :
- Keadaan istirahat : berbaring di tempat tidur.
- Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga
dan lain-lain
- Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak
perang, .
- Berat : petani, buruh, militer dalam keadaan
latihan, penari, atlit.
- Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi.
· Berat badan
- Bila
gemuk: dikurangi 20-30% tergantung dari tingkat kegemukan.
- Bila
kurus: ditambah 20-30% tergantung dari tingkat kekurusan untuk menambah berat
badan.
- Untuk
tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikan paling sedikit
1000-1200 kalori perhari untuk wanita dan 1200-1600 kalori perhari untuk pria.
Pembagian makanan sejumlah kalori terhitung
dibagi dalam 3 porsi besar makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%) serta
2-3 porsi makanan ringan (10 -15 % ). Untuk meningkatkan kepatuhan pasien,
sejauh mungkin perubahan dilakukan secara bertahap dan harus disesuaikan dengan kebiasaan makan.
Cara pemilihan makanan dapat dilihat pada
piramida makanan seperti dalam lampiran (1). Bila diabetisi yang mengidap
penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit penyertanya.
Cara lain perhitungan kebutuhan kalori
adalah seperti table I. dan ada pula cara yang lebih gampang lagi adalah dengan
pegangan kasar yaitu untuk pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100
kalori, dan gemuk 1300-1500 kalori.
Tabel I. Kebutuhan kalori diabetisi
Kalori/kg BB ideal
|
|||
Status Gizi
|
Kerja santai
|
sedang
|
Berat
|
Gemuk
|
25
|
30
|
35
|
Normal
|
30
|
35
|
40
|
Kurus
|
35
|
40
|
40-50
|
Bila hamil/ menyusui
Pada permulaan kehamilan diperlukan
tambahan 150 kalori/ hari dan pada trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada
waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550 kalori/hari.
Adanya komplikasi
Infeksi, trauma atau operasi yang
menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap
kenaikan 1 derajat celcius.
Perencanaan makan untuk diabetisi
Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien
diberi petunjuk berapa kebutuhan bahan makanan setiap kali makan dalam sehari
dalam bentuk Penukar (P). Berdasarkan pola makan pasien tersebut dan
Daftar Bahan Makanan Penukar, dapat disusun menu makanan sehari-hari.
Penggunaan Daftar Bahan Makanan Penukar
Daftar bahan makanan penukar adalah suatu
daftar nama bahan makanan dengan ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan
kandungan kalori, protein, lemak dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan
makanan dianggap mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama.
Dikelompokkan menjadi 8 kelompok bahan
makanan yaitu :
· Golongan I : bahan makanan sumber karbohidrat.
· Golongan II : bahan makanan sumber protein hewani
· Golongan III : bahan makanan sumber protein nabati
· Golongan IV : sayuran
· Golongan V : buah-buahan
· Golongan VI : susu
· Golongan VII : minyak
· Golongan VIII : makanan tanpa kalori
E. PENGATURAN GULA DARAH DENGAN CARBOHYDRATE COUNTING (CATING)
Seperti telah dikemukakan di atas bahwa prinsip 3 J yaitu tepat jadwal.
Jenis, dan jumlah adalah yang perlu diperhatikan untuk terkontrolnya kadar gula
darah, maka sekarang ini yang mulai popular digunakan yaitucarbohydrate
counting. Carbohydrate counting (CATING) adalah metode menghitung gram
karbohidrat yang dikonsumsi saat makan dan snack. CATING dapat juga digunakan
untuk membuat perencanaan makan untuk diabetisi.
Rekomendasi dari ADA 2006, 1 serving
(penyajian) makanan= 15 gr KH. Dalam penerapan CATING ini dibagi
menjadi 2 tingkatan, yaitu :
1. Basic CATING: pemahaman tentang makanan, aktifitas fisik,
tingkat kadar gula
darah.
2. Advanced CATING; pemahaman managemen dan penggunaan rasio insulin dan
karbohidrat.
Dimana 15 gr KH diperlukan insulin 1 unit
Contoh bahan makanan dengan penyajian 15 gr
karbohidrat:
· -Starches: 1 slice of bread, 1/3 cup of cooked pasta, 3/4 cup of dry
cereal, or 4–6 cracker ,
· 1/3 cup rice, ½ cup mashes potatoes, 3 cups popcorn
· -Fruit: 1 small piece of fruit or ½ cup of fruit juice
· -vegetables: ½ cups cook and 1 cup raw, ½ cup beans
· -Milk : 1 cup of nonfat (skim) milk, or 3/4 cup of yogurt
· -Desserts: 2 small cookies or 1/2 cup of ice cream
Di bawah ini diberikan contoh perencanaan makan menggunakan CATING:
dengan jumlah kebutuhan karbohidrat 165 gr/hari.
· Makan pagi: 3 carbohydrate servings (45 g)
· Snack pk 10.00: -
· Makan siang: 3 carbohydrate servings (45 g)
· Snack Pk 16.00: 1 carbohydrate serving (15
g)
· Makan malam: 4 carbohydrate serving(60 g)
Total carbohydrates for the day : 165 gr.
Sebagai
contoh CATING untuk menghitung Servings/ penyajian
1. Kebutuhan
energi yang telah dihitung adalah 2,000 kalori
2. Hitung energy dari karbohidrat yaitu 50% total kalori= 1,000 kalori
3. Membagi
1,000 kalori dengan 4 kalori per gram of carbohydrate = 250 grams
4. Membagi
250 grams karbohidrat dengan 15 grams carbohydrate per serving/ penyajian =
16.66karbohidrat servings/ penyajian.
Penyajian karbohidrat dibagi menjadi 3 kali makan dan 2-3 kali snack. Perlu
diperhatikan juga bahwa makanan yang dimakan tidak hanya karbohidrat saja,
tetapi protein dan lemak. Jika menggunakan aturan standar menu seimbang, yaitu
2-3 penyajian sumber protein setiap makan dan sedikit menggunakan minyak,maka
kalori tidak akan berlebih. Namun bila dikonsumsi lebih, tetap akan menambah
kebutuhan energy dan ini akan berdampak terhadap kenaikkan berat badan. Hal ini
berakibat terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler. Berikut ini adalah
pembagian karbohidrat dalam pengaturan makan yang disesuaikan dengan keadaan
kadar gula darah.
Tabel 2. Pembagian karbohidrat dapat disusun dan disesuaikan dengan kadar
gula darah :
Makan pagi
|
4
|
4
|
2
|
3
|
4
|
3
|
0
|
Snack pk.10.00
|
0
|
2
|
2
|
2
|
2
|
1
|
3
|
Makan siang
|
5
|
4
|
4
|
3
|
5
|
4
|
3
|
Snack sore pk.16.00
|
0
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
Makan malam
|
5
|
4
|
4
|
4
|
3
|
4
|
4
|
Snack malam
|
2
|
0
|
2
|
2
|
0
|
2
|
3
|
TOTAL CARBS
|
16
|
16
|
16
|
16
|
16
|
16
|
16
|
Bagi diabetesi dalam merencanakan makan dengan menggunakan CATING dalam
level basic atau advanced CATING harus memahami :
1. Sumber bahan makanan karbohidrat,
protein,lemak
2. Label makanan
3. Modifikasi asupan lemak
4. Panduan makan di luar rumah, restaurant,
kafetaria.
5. Pemilihan snack
6. Pengaturan waktu makan
Dalam pelaksanaan CATING pun harus dilakukan monitoring terhadap: Kadar
Gula darah, Hb A1C, Lipid darah, Tekanan darah, Berat badan agar dapat
diketahui pengaturan konsumsi karbohidrat yang tepat dan harus dijalankan
secarakonsisten terutama bagi yang menggunakan insulin.
Didalam buku panduan “Perencanaan Makan Penderita Diabetes dengan Sistem Unit”
terbitan Klinik Gizi dan Klinik Edukasi Diabetes RS Tebet, menuliskan tentang
prinsip dasar diet diabetes, dengan pemberian kalori sesuai kebutuhan dasar.
Untuk wanita, kebutuhan dasar adalah (Berat Badan Ideal x 25 kalori)ditambah
20% untuk aktivitas.Sedangkan
untuk pria, (Berat Badan Ideal x 30 kalori) ditambah 20% untuk aktivitas. Untuk
menentukan berat badan ideal (BBI) bisa diambil patokan: BBI = Tinggi Badan
(cm) – 100 cm – 10%.
Contoh, seorang pria bertinggi badan 164
cm, berat badan 70 kg, maka BBI = 64 kg – 10% = 58 kg. Kebutuhan kalori dasar = 58 x 30 kalori = 1.740 kalori. Ditambah kalori
aktivitas 20% = 2.088 kalori. Jadi, pria ini memerlukan diet sekitar 2.000
kalori sehari.
Namun, rumusan ini tidak mutlak. Bila
pasien sedang sakit, aktivitas berubah, atau berat badan jauh dari ideal, maka
kebutuhan kalori akan berubah. Bila berat badan berlebih, jumlah kalori
dikurangi dari kebutuhan dasar. Sebaliknya, bila pasien mempunyai berat badan
kurang, jumlah kalori dilebihkan dari kebutuhan dasar. Begitu berat badan
mencapai normal, jumlah kalori disesuaikan kembali dengan kebutuhan dasar.
Prinsip makan selanjutnya adalah
menghindari konsumsi gula dan makanan yang mengandung gula. Juga menghindari
konsumsi hidrat arang olahan yakni hidrat arang hasil dari pabrik berupa tepung
dengan segala produknya. Ditambah lagi mengurangi konsumsi lemak dalam makanan
sehari-hari (lemak binatang, santan, margarin, dll.), sebab tubuh penderita
mengalami kelebihan lemak darah.
Yang perlu diperbanyak justru konsumsi
serat dalam makanan, khususnya serat yang larut air seperti pektin (dalam
apel), jenis kacang-kacangan, dan biji-bijian (bukan digoreng).
Bila penderita juga mengalami gangguan pada
ginjal, yang perlu diperhatikan adalah jumlah konsumsi protein. Umumnya,
digunakan rumus 0,8 g protein per kilogram berat badan. Bila kadar kolesterol/trigliserida tinggi, disarankan melakukan diet rendah
lemak. Bila tekanan darahnya tinggi, dianjurkan mengurangi konsumsi garam.
Kegagalan berdiet bisa disebabkan karena
pasien kurang berdisiplin dalam memilih makanannya atau tidak mampu mengurangi
jumlah kalori makanannya. Bisa juga penderita tidak mempedulikan saran dokter.
Untuk memudahkan penerapan, dibuat sistem
unit 80 kalori. Tabel 4 menyajikan makanan yang mengandung
80 kalori per unitnya. Misalnya, seorang pasien yang memerlukan 1.600 kalori
per harinya, akan mendapat makanan 20 unit sehari senilai 80 kalori setiap
unitnya. Jumlah 20 unit terbagi atas sarapan empat unit, makanan kecil (pk.
10.00) dua unit, makan siang enam unit, makanan kecil (pk. 16.00) dua unit, dan
makan malam enam unit.
Tabel 3 Contoh lima kelompok makanan:
makanan pokok, lauk pauk, sayuran, makanan ringan/siap santap, buah-buahan, dan
minuman.
Jenis makanan
|
A
|
B
|
C
|
Makanan pokok
Lauk pauk
Sayuran
Siap santap
Buah-buahan Makanan ringan
Minuman
|
nasi
pepes ikan
sayur bening
ketoprak
apel
lemper
teh/kopi
|
Roti
sate
lodeh
hamburger
pisang
kroket
es campur
|
kentang goreng
rendang
buntil
pizza
anggur
lapis legit
minuman ringan
|
Makanan dalam kelompok A bisa dibilang berkomposisi paling baik, karena
mengandung serat dan atau rendah hidrat arang olahan serta rendah lemak.
Sementara golongan C kurang baik karena kandungan gulanya tinggi, rendah atau
tanpa serat, dan terlalu banyak lemak. Jadi, dianjurkan untuk memilih A atau B,
bukan C. Nasi lebih baik daripada bubur, karena kandungan serat lebih baik
sehingga lebih lama bertahan di usus. Pemanis gula bisa diganti dengan pemanis
buatan.
Tabel 4. Contoh menu yang dapat diikuti (20 unit atau 1.600 kalori):
Makan pagi
|
|
Setangkap roti tawar
Sebutir telur ayam
1 sendok teh selai
1 gls susu skim
|
1,50 unit
1,25 unit
0,25 unit
0,75 unit
|
Selingan (di kantor):
|
|
Arem-arem
Teh tanpa gula
|
2,75 unit
|
Makan siang:
|
|
Nasi putih
Daging cah kembang kol
Sayur bening bayem
Pepaya
|
1,25 unit
3,00 unit
0,25 unit
0,50 unit
|
Selingan sore
|
|
Serabi pandan (kue basah)
1 gls jus melon
|
1,75 unit
0,50 unit
|
Makan malam
|
|
Nasi, sayur, daging, ikan goreng, gado-gado
1 gls jus tomat
|
3,75 unit
0,25 unit
|
Selingan malam
|
|
1 pisang ambon
|
1,25 unit
|
KESIMPULAN
1. Memahami pengaruh karbohidrat terhadap kadar glukosa darah adalah kunci
untuk pengelolaan diabetes
2. Pengaturan makan diabetesi sangat berperanan dalam pengontrolan kadar
gula darah oleh karena itu perlu sekali dilakukan pendokumentasian hasil
monitoring meliputi kadar gula darah, kadar Hb A1c, kadar lipid darah, tekanan
darah, berat.
3. Penerapan CATING bila dilaksanakan secara teratur dan konsisten, serta
memperhatikan asupan protein dan lemak sangat baik untuk tercapainya tujuan
jangka pendek yaitu pengontrolan kadar gula darah dan berat badan serta
mencegah komplikasi lanjut yaitu penyakit kardiovaskuler
Tidak ada komentar:
Posting Komentar