Saat ini berbagai informasi tentang
gizi bisa kita ibaratkan bagaikan banjir bandang yang tak bisa terbendung lagi,
dari informasi yang bersifat popular sampai jurnal ilmiah tingkat tinggi.
Kadang kala informasi antara satu dan yang lainnya saling bertentangan. Yang
jadi persoalan penerima informasi belum tentu mempunyai dasar ilmu gizi (basic science) yang cukup sehingga informasi
yang kadang indah menarik dan sangat seksi dengan mudah dipercaya dan diadopsi.
Keadaan tersebut juga terjadi pada ahli gizi juga para dokter jika dihadapkan pada sebuah hasil penelitian
apalagi diterbitkan oleh jurnal yang ternama, padahal dalam dunia ilmia kita
tahu ada yang namanya Bias Publikasi . Bias publikasi adalah kecenderungan
peneliti untuk mempublikasikan temuan eksperimental yang memiliki hasil
positif, sementara tidak menerbitkan temuan lain bila hasilnya negatif atau
tidak meyakinkan. Efek bias publikasi adalah bahwa studi yang dipublikasikan
dapat menyesatkan. Ketika informasi yang berbeda dari penelitian yang
diterbitkan tidak diketahui, orang dapat menarik kesimpulan hanya menggunakan
informasi dari penelitian yang diterbitkan.
Lantas jurus apa yang harus kita gunakan untuk
menyaring informasi gizi agar kita tidak tersesat? Albert Einstein, seorang ilmuwan Yahudi pernah
mengatakan “ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh” Ada dua entry point
disini pertama tentang pentingnya agama untuk melambari ilmu pengetahuan dan
yang kedua perlunya ilmu dalam pengamalan agama. Artinya saringan yang paling
teliti paling hebat adalah ajaran agama. Dalam Islam Rasullullah telah berpesan dengan serius “Aku
telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang
kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Siapapun yang
mengatakan, betapa tinggi pendidikannya cermati isi informasinya kemudian
saring dengan ajaran agama.
Sebagai contoh kasus informasi
gizi yang saat ini beredar mengatakan dan menganjurkan kita untuk diet
vegetarian dengan alas an menyehatkan, memperpanjang umur dan sebagainya, kita
jangan bingung langsung ingat kepada rasullah apakah Islam melarang makan hewan
bernyawa? Ternyata Islam sangat menganjurkan makan sumber hewani bahkan ada
ibadahnya secara khusus seperti Ibadah Qurban dan Aqiqah. Ada lagi pendapat Dr. Hiromi Shinya pengarang buku The Miracle
of Enzyme yang isinya antara lain berisi informasi bahwa susu sapi berbahaya,
layak tidak dikonsumsi dalam jangka panjang karena mengakibatkan osteoporosis
dan penyakit berbahaya lainnya sehingga banyak masyarakat cemas dan heboh.
Lantas sekali lagi bagaiman menyikapi informasi ini? Ya gampang aja jurus
kembali ke Al-Quran dan Hadist ternyata Nabi Muhammad SAW minum susu bahkan
menganjurkannya.
Ketika semua kita kembalikan
sesuatunya kepada ajaran agama maka Insya Allah akan selamat dunia sampai
akhirat dan tentunya kita tidak akan pernah galau. (Pramono, RSUD Ulin
Banjarmasin).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar